Sudah bukan hal asing Lagi bahwa manfaat penjemuran burung bila di lakukan secara rutin (Bagusnya Di Pagi Hari / Dijam longgar masing) sangat baik.



Penjemuran Burung atau berjemur

Semua memiliki manfaat baik terutama di pagi hari saat matahari masih hangat karena sinar matahari pagi mengandung zat yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup yang ada di bumi. Karena di setiap anugerah yang diberikan oleh Allah pasti ada hikmat dan manfaatnya.

Penjemuran pada burung akan membuat burung selalu prima dan membuat burung semakin sehat dan aktif berkicau

Manfaat Penjemuran Burung

Sinar matahari merangsang tubuh untuk menghasilkan vitamin D. Sinar matahari pada wajah, leher, lengan dan tungkai selama 10-15 menit bisa menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan tubuh. Vitamin ini meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan transfer kalsium ke dalam membran sel yang berguna untuk kekuatan tulang.

Sinar matahari dapat merangsang produksi serotonin (neurotransmitter di otak yang mengatur mood). Serotonin yang lebih tinggi dihasilkan maka mood akan lebih positif. Sinar matahari melawan dan mengurangi depresi dengan melepaskan endorfin (senyawa kimia yang membuat orang merasa baik) yang bertindak sebagai anti depresi alami dan sangat bermanfaat untuk gangguan afektif musiman (SAD).

Dari semua manfaat di atas dapat kita simpulkan bahwa matahari pagi sangat baik untuk burung berkicau kita selain untuk menguatkan nafas burung banyak hal lain yang sangat berguna seperti mengurangi depresi tidak hanya pada burung manusia memiliki pikiran yang sama seperti kita burung. Bisa jadi tertekan akibat guncangan dari luar sangkar suara burung lain dan hal lainnya yang pada akhirnya membuat burung kita stagnan dan malas berkicau tentu saja ini kita tidak mau isak

Lama Penjemuran Untuk Burung

Berapa lama sih penjemuran burung,semua itu sifatnya tidak baku penjemuran pada burung di sesuaikan dengan karakter masing-masing burung dapat kita mencobanya dengan cara menjemur durasi 15-30 menit di mulai pukul 08.00 pagi dan bisa disesuaikan dengan Kebutuhan

Pengaruh Kurangnya Penjemuran Pada Burung

Apa yang terjadi jika burung kicau kita kurang jemur sudah dapat di pastikan burung akan terlihat lesu kurang aktif tapi semua itu bergantung kebiasaan setiap mahluk hidup yang diciptakan oleh tuhan yang telah memiliki kemampuan beradaptasi baik pada pola pakan pola penjemuran cuaca dan hal-hal lainya jadi sobat tidak perlu heran dengan apa yang sering di ceritakan oleh orang banyak kalau ada Burung yang tidak pernah jemur tapi rajin meraih piagam bahkan hampir setiap pekan karena memang tubuh mahluk hidup akan beradaptasi dengan cepat jika pola rawatan atau makanan di rubah, tapi untuk hal ini sangat tidak direkomendasikan, karena matahari adalah kebutuhan.


Berdasarkan banyaknya jenis burung yang ada di Indonesia, terkadang kita mendengar nama burung yg aneh sebutannya dalam Bahasa Indonesia.

Contohnya :
- Cucak Rumbai Tungging
- Brinji Rambut Tunggir
- Kasturi Tengkuk Ungu

Dari beberapa contoh diatas, terdengan aneh atau asing di telinga kita sendiri, padahal penyebutan nama tersebut merupakan sebutan nama burung dalam Bahasa Indonesia.

Kan lucu jadinya, bila ada orang Indonesia tapi malah nggak tau kalo itu adalah kosakata bahasanya sendiri

Pasti kita bertanya-tanya, Apa sih "Tunggir" itu?
Dimana sih yg namanya "Tengkuk" itu?
Daerah mana yg dinamai "Tungging" itu?
"Cere" pada burung? Apaan tuh "cere"?

Untuk menambah wawasan kita soal kosa kata di dunia burung, berikut adalah morfologi atau pengetahuan tentang bentuk dari bagian-bagian tubuh burung




Sumber : galeatus




Blue-masked leafbird, begitulah burung ini dikenal dengan Bahasa inggris. Memiliki nama ilmiah Chloropsis venusta, dan banyak dikenal di Indonesia dengan nama Cucak kinoi.

Burung endemic Sumatra ini memiliki panjang 14 cm, dan termasuk burung terkecil dari keluarga cica daun.

Berbeda dari kerabat dekatnya, walaupun sama-sama memiliki warna bulu dominan hijau, namun cica daun Sumatra ini memiliki warna biru pada tenggorokan sampai belakang mata.





Dikenal dengan nama lokal cucak ranting/cucak rante, burung berukuran 16-18 cm ini juga dikenal dengan nama Blue-winged leafbird dan memiliki nama ilmiah Chloropsis cochinchinensis.

Memiliki ciri-ciri seperti kerabatnya yaitu Cica Daun besar dan cica daun kecil, namun yang membedakan adalah, pada cica daun sayap biru, memiliki garis warna biru tua pada sayapnya.







Memiliki nama ilmiah Chloropsis cyanopogon dan dalam Bahasa inggris dikenal dengan nama Lesser green leafbird. Cica-daun Kecil memiliki ukuran tubuh 16-19cm, dan di Indonesia sendiri dikenal dengan nama lokal cucak hijau mini / cucak ijo mini / ijo mini.

Secara keseluruhan, cica daun kecil sangat mirip penampilannya dengan cica daun besar, yang membedakan adalah pada cica daun kecil, warna hitam di tenggorokan atau biasa disebut topeng lebih kecil disbanding cica daun besar. Serta ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan cica daun besar. Sama seperti cica daun besar, pada burung jantan bulu di tenggorokan berwarna hitam, dengan garis biru disamping dagu dan pada burung betina kadang-kadang berwarna sedikit kuning.

Habitat asli cica daun kecil adalah hutan dataran rendah berdaun lebar, hutan primer dan sekunder dataran rendah, serta perkebunan yang berdekatan dan taman besar.




Burung berukuran 18-21cm ini memiliki nama resmi Cica-daun Besar, dalam Bahasa inggris dikenal dengan nama Greater green leafbird.

Memiliki nama ilmiah Chloropsis sonnerati dan termasuk ke dalam keluarga Chloropseidae serta masih berkerabat dekan dengan burung cipoh (Aegithina). Di beberapa daerah Indonesia sendiri burung ini juga dikenal dengan nama Cucak Hijau atau Cucak Ijo.

Cica-daun Besar adalah jenis burung kicau dengan keseluruhan tubuh berwarna hijau terang, termasuk ekor dan sayapnya. Untuk burung jantan, pipi dan tenggorokan berwarna hitam, sedangkan pada burung betina, tenggorokan dan lingkar mata berwarna kuning.

Habitat asli burung Cica-daun besar ini adalah hutan bakau, hutan primer, hutan sekunder dan umunya hidup di puncak pohon yang tinggi.

Cica-daun Besar banyak ditemukan hidup sendirian, berpasangan atau dalam kelompok campuran dan berkembang biak secara soliter.

Banyak ditemukan di Asia Tenggara dari Burma selatan dan Thailand ke Semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatra, Kalimantan (termasuk beberapa pulau kecil yang berdekatan) dan Jawa.

Memiliki kicauan yang merdu, membuat burung ini banyak diburu oleh para kicau mania di Indonesia. Saat berkicau, burung ini sering menundukkan kepala dengan ciri khasnya sendiri.





Jalak putih merupakan spesies burung jalak endemik Indonesia, memiliki nama ilmiah Acridotheres melanopterus dan di internasional dikenal dengan nama Black-winged starling. Di beberapa daerah di Indonesia, ada juga yang menyebut burung satu ini dengan nama Jalak Pito.

Memiliki tubuh dengan panjang 23cm, dengan bulu kepala, dana, punggung pantat berwarna putih, dan ekor serta bagian sayapnya berwarna hitam mengkilap. Ujung ekor dan sayapnya berwarna putih. Pada sekitar mata…tidak memiliki bulu dan berwarna kuning. Burung jantan maupun betina memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama, itulah kenapa burung jalak putih ini bias dikatana monomorfik.

Habitat alami dari burung jalak putih adalah hutan kering tropis, semak kering tropis, semak basah tropis, dan padang rumput, dari permukaan laut hingga 2.400 meter. Namun baru-baru ini burung jalak putih ini telah menyesuaikan diri dengan habitat yang dimodifikasi oleh manusia dengan baik,seperti kebun, halaman rumput, daerah pinggiran kota dan lahan pertanian lainnya.

Sperti kebanyakan jenis jalak, burung jalak putih ini juga termasuk omnivora.




Burung yang memiliki ukuran tubuh 23-27 cm dengan bobot 80-143 gram ini memiliki tubuh berwarna coklat dengan kepala berwarna hitam dan memiliki patch kuning di belakang mata. Paruh dan kaki berwarna kuning cerah.

Kerak ungu sendiri memiliki nama ilmiah  Acridotheres tristis,  dan dikenal dengan nama internasional Common myna. Di Indonesia sendiri burung kerak ungu ini banyak dikenal dengan nama Jalak Nias.
Kerak ungu (Acridotheres tristis)  adalah spesies asli Asia dengan wilayah persebaran meliputi Iran, Pakistan, India, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Srilangka, serta Afghanistan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, Myanmar, ke Malaysia, Singapura, Semenanjung Thailand, Indochina, Jepang (baik daratan Jepang dan Kepulauan Ryukyu) dan Cina.

Seperti kebanyakan jenis burung jalak lainnya, kerak ungu termasuk burung omnivora. Umumnya banyak mencari makan di tanah atau rumput untuk serangga, biasanya belalang.




Di Indonesia, burung Kerak Jambul banyak dikenal dengan nama Jalak Thailand. Keluarga Jalak (Starling) dari genus Acridotheres ini memiliki nama ilmiah Acridotheres Cristatellus dan  dikenal dengan nama internasinal Crested myna memiliki Panjang tubuh 25-27.5 cm, dan berat 108-140 gram.

Kerak jambul sendiri merupakan spesies asli  dari Cina tenggara dan Indochina.

Makanan utama kerak jambul ini meliputi serangga, buah-buahan, bahkan kadang mereka juga mencari ikan mati.




Kerak Kerbau atau yang sering disebut Jalak kebo dalam Bahasa lokal (Indonesia) merupakan spesies keluarga Jalak (Starling) yang masih termasuk dalam genus Acridotheres.

Memiliki nama ilmiah Acridotheres javanicus, dan merupakan jenis Jalak yang paling luas daerah persebarannya, di Indonesia sendiri, burung Kerak Kerbau atau Jalak Kebo ini banyak ditemukan di hamper seluruh wilayah.

Kerak Kerbau atau Jalak Kebo ini memiliki ukuran tubuh sekitar 21-25 cm, umumnya berwarna hitam, sayap berwarna hitam kecoklatan dengan sedikit garis putih. Bawah ekor berwarna putih, memiliki paruh dan kaki berwarna kuning dan warna matanya kuning lemon.

Burung kerak kerbau juga bisa disebut omnovira atau pemakan segala, meliputi serangga, buah, dll

Kerak kerbau berkembang biak sepanjang tahun pada lingkungan yang memiliki makanan berlimpah. Sarangnya terbuat dari rumput kering atau ranting-ranting kering dan berada dalam lubang setinggi kurang lebih 5 meter. Telur kerak kerbau berwarna kebiru biruan.






Merupakan spesies keluarga Jalak (Starling) dari genus Acridotheres dengan nama ilmiah Acridotheres grandis. Di Indonesia sendiri burung ini dikenal dengan nama Jalak Taiwan.

Burung yang memiliki ciri berwarna hitam dan memiliki paruh dan kaki yang berwarna kuning ini banyak ditemukan di Thailand, Bangladesh, Myanmar dan India.

Habitatnya sendiri kebanyakan berada di daerah terbuka seperti padang rumput, dan rawa-rawa, termasuk juga daerah persawahan.

Makanan utama burung kerak besar adalah serangga, termasuk rayap, cacing dan invertebrate lainnya. Burung kerak besar juga memakan biji (beras), beri maupun buah buahan lainya, bisa dikatakan burung kerak besar termasuk omvinora (pemakan segalanya)

Berikut beberapa contoh gambar kerak besar di alam liar











Beberapa suara burung Kerak Besar : 

Kerak Besar 1



Kerak Besar 2



Kerak Besar 3



Kerak Besar 4



Kerak Besar 5